Kamis, 13 Oktober 2011

Ada Rumah Di Kontrakan (Bagian 2)

Seperti telah dijelaskan dalam artikel Ada Rumah Di Kontrakan (Bagian 1) ada dua masalah dalam penulisan judul di atas. Yang pertama adalah cara menuliskan di-nya dan yang kedua adalah berapa banyak huruf k-nya.

Cara termudah untuk mengetahui sebuah kata harus ditulis dengan k atau kk adalah dengan melihat bentuk dasarnya dan melihat akhiran (sufiks)nya.

Pada kata dikontrakkan misalnya. Itu adalah bentukan kata dari kata dasar kontrak yang ditambahkan imbuhan di-kan. Mengapa tidak dituliskan dengan satu k

Dalam bahasa Indonesia tidak ada imbuhan di-an. Yang ada adalah di-kan. Untuk mengujinya, mari kita lihat kata yang tidak berakhiran k, misalnya beri. Jika ditambahkan imbuhan di-kan akan menjadi diberikan dan bukan diberian.

Kembali ke kata dikontakkan, ini adalah kata dasar kontrak yang diberi imbuhan di-kan. Jadi, tentu saja cara menuliskannya adalah DI- + kontraK + -KAN, menjadi DIKONTRAKKAN". Mengapa bukan ditulis di kontrakkan atau dikontrakan? Seperti yang telah dijelaskan di atas, bentuk dikontrakkan adalah bentuk pasif dari mengontrakkan. Jadi, itu merupakan awalan, bukan kata depan.

Lalu bagaimana dengan kata kerusakan, pengelompokan, dan gerakan? Harus ditulis dengan k atau kk? Pada kerusakan dan pengelompokan jelas ditulis dengan satu k. Dalam bahasa Indonesia, kita tidak mengenal imbuhan ke-kan dan pe-kan. Yang ada adalah ke-an dan pe-an. Cara mengujinya sama dengan cara di atas, yakni coba sisipkan kata yang tidak berakhiran k, misalnya kata dasar sehat. Jika ditambahkan imbuhan ke-an akan menjadi kesehatan dan bukan kesehatkan. Begitu pula dengan penyehatan, bukan penyehatkan.


Yang agak rumit adalah bentuk masakan, belokan, dan gerakan. Bentuk tersebut dapat ditulis dengan satu k atau dua k. Kok bisa? Sebagai kata benda, masakan ditulis denga satu k, misalnya Ini masakan Indonesia, sedangkan sebagai kata kerja  bentuk perintah kata-kata tersebut ditulis dengan dua k, misalnya, Tolong masakkan saya nasi goreng. Demikian pula halnya dengan belokan dan gerakan. Sebagai kata benda ditulis dengan k dan sebagai kata kerja bentuk perintah ditulis dengan kk.

Sekarang sudah jelas, bukan? Kalau begitu, mari kita menulis dengan benar. Malu, dong, jadi orang Indonesia kalau menulis di dan k saja masih bingung :-)



Ada Rumah Di Kontrakan (Bagian 1)

Sering kali kita dibuat bingung oleh imbuhan di- ini. Bagaimana, sih, menulis di- secara benar?  Harus dirangkai atau dipisah? Seperti judul di atas, bagaimana menuliskannya secara tepat?

Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa ada dua macam di dalam bahasa Indonesia. Yang pertama adalah di yang merupakan kata depan (preposisi), yaitu kata yang biasanya terdapat di depan kata benda atau kata ganti dan biasanya menunjukkan suatu tempat atau posisi,, contohnya: di, ke, dari. Cara menuliskan di ini harus dipisah. Contoh: di rumah, di Bandung, di antara, di sekitar, dan sebagainya. Cara termudah untuk mengetesnya, coba tanyakan dengan di mana. Jika jawabannya adalah nama tempat, dapat dipastikan cara menuliskannya harus dipisah.

Di yang kedua adalah imbuhan atau awalan, dan biasanya merupakan bentuk pasif dari awalan me-. Jika ada bentuk me-nya, bisa dipastikan itu adalah imbuhan. Dan ini harus ditulis serangkai. Contoh: dibuka (bentuk aktifnya membuka); dibeli (bentuk aktifnya membeli).

Lalu bagaimana dengan judul di atas. Sudah tepatkah penulisannya? 

Judul di atas memiliki dua masalah. Yang pertama penulisan di-nya, dan masalah yang kedua, berapa banyak huruf k-nya (ini akan dibahas dalam artikel Ada Rumah Di Kontrakan Bagian 2). Jika memang ada bentuk mengontrakkan, itu berarti di- harus ditulis serangkai. Mudah sekali, bukan?

Kalau memang sudah paham, coba saya cek. Bagaimana menuliskan diantara, dibuang, disekitar? Jawab, yaa.... :-)